Homesick yang Terobati


"Ketika saya merindukan seseorang, saya ingin menemui mereka langsung, mencoba menjabat tangan atau memeluk mereka, orang orang yang selalu ku rindukan, foto ini di ambil di pantai parangtritis saat saya, ilma(sister) dan ibu melakukan perjalanan ke jogjakarta tiga tahun silam"

Pernah suatu hari saya melakukan perjalanan ke jogjakarta, kota penuh budaya yang sangat tersohor di Indonesia, kota yang tak pernah mati akan seni dan tradisional, tempat - tempat yang soulfull yang terkesan sederhana. Saat itu adalah saat kami merindukan kebersamaan, kami bisa tertawa walau hanya bertiga, dalam keheningan kota jogjakarta. Saat kita bertiga mencoba menawar barang atau menentukan kemana, aku selalu yang paling ngotot, ke suatu tempat sepi, mencoba bertingkai dengan keramaian dan mencari angle yang sempurna untuk kita mengabadikan sebuah foto, walau itu harus di bayar dengan keringat kerja keras kita.

Saat kita mencoba menikmati kegagahan Candi Borobudur, saya tak langsung menaiki puncak dan mencoba manggapai pusar patung budha yang sedang berduduk santai di dalam stupa, saya lebih mencari tempat sepi yang rindang , yang semuanya hijau dan mencoba mengabadikan foto kita bertiga, ketika si Borobudur bisa tertawa lepas seakan melambai - lambaikan tangannya sembari berkata "cheese..."


Atau saat kita ke Pantai Parangtritis, kita ga langsung berlari menuju laut sambil berteriak teriak, atau menaiki delman dengan bau yang sangat menyegarkan, namun lagi lagi saya mencari tempat yang paling sempurna, dimana saya bisa menemukan pantai dengan pasir terputih tanpa ada jejak manusia di atasnya, hanya jejak - jejak kepiting yang berkaki lucu. dan kita mengabadikannya


Sungguh, saat itu adalah saat paling mengagumkan dalam hidup, ketika kita bisa tertawa lepas dengan keluarga, mereka adalah orang-orang yang selalu kurindukan. Namun rasa dosa ini selalu mengiringi ketika orang yang melahirkan kita hanya bisa berdiam diri, dirumah yang sangat sempit, dengan meja penuh dengan segala buku berserakan, tanpa menyisakan ruang untuk menaruh sesuatu, dan kursi - kursi yang tampak berdebu.


Ketika orang tua kita semakin bertambah umur, mungkin kebanyakan kita akan semakin kehilangan waktu untuk mereka, saat - saat yang seharusnya kita ada untuk mereka, sungguh menyebalkan. Saya yang seharusnya bisa bertemu mereka dua atau tiga hari sekali malah menolak untuk sekedar bertatap muka dengan mereka, karena saat ini adalah saat tersulit ayah dan ibuku, yang serasa tak punya anak untuk sekedar di ajak bicara, mereka seperti pasangan yang baru menikah, tinggal berdua dalam satu rumah. Mungkin adik saya yang sedang mengais ilmu di salah satu pesantren masih bisa di tolerir, karena memang kedisiplinan yang mengharuskan si opel ga bisa pulang kerumah, tapi aku, huft... sungguh tak termaafkan.


Tapi sekarang, i'm home :) mencoba mengobati rasa rindu yang sudah menggunung, mencoba bercengkrama lagi, melakukan apa yang mereka mau, aku ingin meramaikan rumah ini lagi, aku ingin memasak untuk mereka, aku ingin memeluk mereka, dengan sangat erat, erat sekali, apa yang bisa ku bantu, apa yang bisa ku lakukan, akan langsung aku kerjakan, untuk membahagiakan mereka, mereka yang tak pernah berhenti menyisipkan anak - anak mereka dalam setiap do'a yang di panjatkan, dalam setiap malam mereka, kami selalu ada, dan saya juga akan selalu ada untuk mereka, mengajak untuk ada dalam setiap lantunan do'aku. Alhamdulillah, Love you'll :)

No comments:

Post a Comment