Kapal Selam yang Terdampar


(27/2/2009)Saya, Jay, Said, Hasan dan Denny tampak bingung tentang masalah kapal, sebelumnya kita memang tidak mengenal kapal dengan baik. Namun saat itu kita sadar kalau kita mengemban ilmu di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Jadi saat itu juga kami berpikir dan berencana untuk mengenal kapal lebih jauh.

Sore itupun saya langsung mengajak teman blusukan saya dan langsung meluncur ke Monkasel, menyusuri jalanan surabaya yang padat merayap karena sore itu bertepatan dengan jam pulang kantor. Setelah melakukan perjalanan mengendarai motor selama kurang lebih 20 menit, akhirnya kita sampai di Jalan Pemuda 39 Surabaya, tempat KRI Pasopati 410 berdiri gagah.

Saya, Jay, Said, Hasan dan Denny
Monkasel mempunyai tempat tersendiri bagi warga Surabaya, bersebelahan dengan kalimas sepertinya Monkasel mampu menjadi Monumen kebanggaan kota Pahlawan ini. Tak hanya Mengandalkan kapal selam sebagai simbol, Monkasel juga menyuguhkan berbagai fasilitas seperti, panggung gembira, kolam renang, kafetaria dan juga taman yang tampk indah. 

"Monumen Kapal Selam KRI Pasopati 410 adalah monumen pada skala penuh (bukan replika), kapal selam ini adalah salah satu  dari Armada Divisi Timur. Konstruksi monumen dimulai pada bulan Juli 1995, pertama ditandai dengan Gubernur Jawa Timur,  Bapak Basofi Soedirman melakukan peletakan batu pertama untuk pondasi. Pada saat yang sama, KRI Pasopati 410 telah diiris  menjadi 16 bagian di PT. PAL Indonesia. Kemudian bagian per bagian diciptakan kembali dan diletakkan di atas pondasi  monumen. Monkasel resmi dibuka pada 15 Juli 1998 dan telah beroperasi sebagai salah satu objek wisata di Surabaya."
 "KRI Pasopati 410, termasuk tipe SS Whiskey Class, dibuat di Vladi Wostok Rusia pada tahun 1952. Kapal Selam ini  berpartisipasi di Angkatan Laut sejak tanggal 29 Januari 1962, tugas utama adalah untuk menghancurkan garis musuh (anti- shipping), pengawasan dan melakukan penggerebekan secara diam-diam. KRI Pasopati 410 telah mengambil peran besar untuk  mempertahankan hukum kelautan, seperti Operasi Trikora, KRI Pasopati 410 turun ke belakang garis musuh, memberi penindasan  secara psikologis"(copas dari sini)

 Saat mengeksplorasi bagian lambung kapal, saya dan kawan kawan bisa bercanda sesuka hati loncat kesana kesini(LOH), dikarenakan pengunjung monkasel terbilang sepi ya, jadi kami bisa leluasa memperagakan para pejuang saat berperang mempertahankan garis pertahanan Indonesia,asek.

Dilihat dari pengelolaannya, mokasel sendiri terbilang sangat bagus dan rapi, tanpa ada penambahan pada tubuh kapal selam, dikarenakan KRI Pasopati 410 ini bukan replika, melainkan asli nyel kapal selam. sempet mikir juga ce bagaimana mereka memindahkan dari laut dan dipindahkan ke jantung kota Surabaya ini, apa dari laut nyelem melalui muara sampai kalimas kemudian tu kapal selam tiba tiba loncat dari sungai?I dont know, hanya Tuhan yang tau.

Sepertinya orang Surabaya patut berbangga memiliki ikon kapal perang yang bisa nyelem ini, karena secara tidak langsung Monkasel sudah memperkuat Surabaya sebagai kota pahlawan. Bravo Monkasel! Bravo Surabaya!

No comments:

Post a Comment