Gedung Keramat

Ini pertama kali aku menginjakkan kaki di lantai 3 gedung K, gedung yang konon di anggap keramat oleh sebagian mahasiswa karena letaknya paling jauh dari gugusan gedung di Universitas 17 Agustus 1945 ini. Panas waktu itu memang banyak di keluhkan oleh sebagian orang yang beraktifitas, para pasukan kuning yang dengan berpeluh pagi membersihkan daun daun yang terbawa angin pancaroba di jalan kembar Nginden Semolo atau mereka yang sudah mengayuh mesin jahit sejak pagi. 

Ya, memang pagi itu terasa sangat panas sekali, namun angin mampu mengurangi suhu yang sangat nyentrik itu. Aku kembali menyusuri lorong demi lorong, ruang demi ruang hanya untuk menghambur hamburkan waktu menunggu kedatangan dosen. Ku lihat sekumpulan anak berambut alay dan memakai baju baju yang hampir sama mirip dengan Gubernur Jakarta yang baru itu. Aku melewati mereka, sambil dalam hatiku bertanya 'hai anak alay, apa kamu teman sekelasku?'.

Di sudut lantai itu sempat ku melihat taman kecil dari atas yang di apit gedung keramat ini, rumah kaca yang sayang tak terawat, tak banyak bunga yang ada di dalamnya, hanya tumbuhan sejenis Magnoliophyta  yang banyak tumbuh disana, di sini aku menemukan tempat yang nyaman, banyak angin yang lewat menyapa dan ada juga yang hanya mengejekku 'sendirian boy...???'.

Ku silangkan kakiku dan ku raih sebatang rokok untuk menyempurnakan kesendirianku waktu itu.Memang kecil dan tampak ramai gedung ini, namun buatku hanya gedung kecil, sagat kecil dan sepi sekali hingga hanya ada angin dan lalat yang saling berteriak. Dalam birokrasi dan dalam peta kampus sendiri gedung K berarti gedung Teknik. Namun aku beranggapan lain, K is Keramat.

No comments:

Post a Comment