Rumah Singgah Ranu Pani (Trip to Semeru part 2)

"kita dan jeep"
Mungkin cuaca waktu itu sedang galau galaunya, rintik hujan sedikit malu untuk membasahi kota Tumpang. Sedangkan kami memilih untuk menepi pada sebuah emperan toko, menata tas tas besar kami, dan duduk dengan indahnya menikmati dinginnya suasana saat itu. Waktu menunjukkan jam 2 siang, dan  kita mencoba mendiskusikan barang barang bawaan dan logistik, menata kembali dan mencoba mencari kebutuhan yang belum terpenuhi.

Setelah melengkapi semua kebutuhan, wisnu dan om chocky mencoba membuat perijinan ke dinas yang bersangkutan dan juga mencari jasa penyewaan jeep di Tumpang, dengan menggandeng salah satu ojek akhirnya mereka berangkat menyusuri rintik rintik, sedangkan kita berlima menunggu dengan rasa kantuk yang teramat sangat.

Akhirnya mereka kembali dengan membawa sebuah jeep hitam yang gagah. Jeep yang akan mengantarkan kami ke Ranu Pani. Kemudian kita menaikkan carrier kami ke atas jeep, dan tak lupa kita berdoa kepada yang Maha Kuasa sebelum berangkat. Tepat pukul 3.30 sore kita meluncur dari kota Tumpang menuju Ranu Pani, dengan sedikit berdesak ria di dalam jeep, kami mencoba mengusir rasa bosan dengan bercinta(bercerita tentang cinta). Wisnu, yang baru saja di nobatkan sebagai manusia tergalau saat itu, mencoba menceritakan tentang kisah cintanya yang sungguh menyedihkan, lumayan sedikit menghiburlah,hehehe

"bukit bukit Teletubbies"
  Ditengah perjalanan kami disuguhkan dengan panorama yang sungguh luar biasa, gugusan gunung gunung menjuntai dari bumi, mencoba untuk menunjukkan siapa yang paling gagah. Sempat kita melewati salah satu tempat wisata air terjun, seperti Air Terjun Pelangi dan Air Terjun Trisula. Kemudian tanpa kita meminta, pak sopir menghentikan jeep-nya pada spot yang sangat indah, kami keluar dari jeep dan mencoba mengabadikan hamparan bukit bukit Teletubbies yang tampak dari atas, terlihat juga jalan menuju Bromo via Tumpang yang terlihat kecil, dengan mobil dan orang orangnya yang juga terlihat kecil, Sungguh menakjubkan.

"Ranu Pani here we are"
Sekitar pukul 5.15 kita sampai di desa Ranu Pani, desa yang tampak damai dan sempurna dimataku. Di desa ini kita bisa memandang hijaunya gunung gunung kecil dengan danau danaunya yang berair segar. Kita bisa langsung meminum air dari pancuran yang terus mengalir, tak jauh beda dengan fasilitas yang ada di negara negara besar. Sempat terlihat dodik, indah dan ilham menurunkan carrier kami dengan di bantu bapak sopir, mencoba menata dan menyandarkan tas kami disamping pos perijinan. Sedangkan si wisnu, lukman dan om chocky tampak sibuk membagi biaya yang sudah dikeluarkan tadi, dengan menggoreskan sebatang kayu pada sebidang tanah, si wisnu menghitung dengan seriusnya, sementara aku lebih memilih untuk sendiri, menyaksikan mereka yang tampak bahagia, walau kebahagiaan mereka belum terbayar lunas. 

"calon orang bahagia"
Setelah semua perijinan sudah selesai, kita berjalan menyusuri bukit kecil menuju shelter yang memang sudah di siapkan untuk para pendaki. Hari sudah tampak gelap, dan matahari pun sudah hilang di telan bukit bukit kecil Ranu Pane. Setelah semua tas dan barang sudah tertata dalam shelter, wisnu, dodik, indah, ilham dan lukman mencoba bereksplorasi ke desa untuk mencari sesuatu untuk dimakan, sedangkan saya dan om chocky memutuskan menetap dalam shelter. Malam semakin dingin, om chocky sibuk dengan tas besarnya, memuntahkan semua isi carrier 55 liternya. Sedangkan saya mencoba menatap langit dan bintang yang tampak luar biasa malam itu sembari mencari sumber air di dekat shelter kami dan mengambil air wudhu yang sangat ekstrim, mungkin lebih tepatnya disebut air es.

Setelah saya dan om chocky melaksanakan sholat, kami mencoba berbincang, bertukar pengalaman, om chocky yang kesehariannya bercocok tanam,  mencoba membagi ceritanya yang ternyata persawahan di Indramayu juga tak luput dari serangan hama, tikus terutama. Setelah panjang lebar kami bercerita, datanglah mereka dari perantauan mencari makan, membawakan kami bungkusan hitam yang misterius. Tak khayal karena rasa lapar yang teramat sangat, saya dan om chocky langsung menyantap hasil buruan mereka. Yah, Rujak dengan porsi besar yang sangat segar karena lontongnya, mentimunnya dan semua komponen komponen yang ada dalam bungkus itu terasa dingin,hmmm Rujak yang segar :)

"duo tenda biru"
Setelah semua pasukan berkumpul, kami mengobrol sambil bersantai ria, tampak indah mencoba menggoreng sossis yang sepertinya sudah agak berbau, dan ilham juga mencoba memasak air untuk membuat minuman, mencoba menghangatkan suasana entah dengan secangkir kopi atau segelas teh hangat. Om chocky yang sudah terpapar di atas matrasnya entah sudah sampai mana mimpinya, dari bola matanya yang bergerak begitu cepat, mungkin om chocky sedang menaiki tanjakan cinta, atau mungkin juga sedang bermain-main dengan Soe Hok Gie di atas Mahameru, i don’t know. Sedang kulihat lukman dan wisnu trial memasak nasi, dengan sangat berhati hati menuangkan air sedikit demi sedikit ke dalam nesting, mengaduk secara perlahan, sepertinya mereka akan berhasil. Dari sudut ruangan kulihat Dodik tampak bahagia, menghirup serpihan nikotin yang dia selipkan di antara jari jarinya, menghembuskan asap dari mulutnya yang tak jauh beda dengan kami yang merasa kedinginan.

"penampakan Mahameru dari shelter"
Mungkin malam jumat waktu itu menjadi malam galau untuk wisnu, ketika semua orang terlelap, ketika semua orang sudah sibuk dengan mimpinya kami mencoba keluar dari shelter, mencari tempat untuk menyandarkan pantat kami dan menghisap rokok masing masing dengan di dampingi secangkir kopi, belum lama si wisnu melacur, dingin malam itu tiba tiba datang dengan cepat beriringan dengan angin malam yang lagi lagi sangat ekstrim. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali masuk menuju salah satu ruangan kosong dalam shelter. Di dalam kegelapan itu kembali wisnu bercerita tentang kisah asmaranya yang complicated. Lama kami bercerita sampai dingin malam itu memaksa kami untuk menghentikan pelacuran, memaksa kami kembali ke sleeping bag masing masing.

Dan waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, keheningan malam itu membuat kami sudah terperosok jatuh ke dalam mimpi masing masing, memasang senyum pada malam itu dan menanti petualangan yang baru di esok hari, waktunya mematikan lilin, waktunya mematikan sinar, selamat tidur teman, selamat tidur. 

To  be continued . . .

4 comments:

  1. hai lagi,kalo ada kritik saran,langsung layangkan komentar di bawah ini,maturnuwuns...
    BTW, kmarin yg komplain 'depok' uda saya refisi!

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. kalau ngetrip lagi...invite me yah...thanx u

    ReplyDelete